Menyontek boleh jadi disamakan dengan korupsi. Tapi bagi sebagian anak muda, ini bukan lagi soal benar atau tidak, tapi juga soal tren, tuntutan hidup dan hubungan sosial di antara mereka.

Dari generasi pelajar paling jadul hingga yang paling muda sekalipun, semuanya kenal dengan kebiasaan ini. Seiring dengan perkembangan teknologi, menyontek pun ikut berkembang. Dari cara sederhana memakai kertas hingga kini memakai Blackberry Massenger (BBM).

Intinya bagaimana caranya agar bisa menang dalam “kucing-kucingan” dengan guru atau pengawas ujian. Kisi-kisi dan bocoran kunci jawaban sering menjadi bahan buruan para pelajar atau mahasiswa menjelang ujian. Padahal tidak ada jaminan bahwa kunci-kunci jawaban tersebut bisa memberikan nilai bagus.

“Dulu pada saat ujian ketat banget,” kenang Fitri Mukti semasa masih menjalani Ujian Nasional (UN) tiga tahun lalu. “Ada teman yang dapat bocorannya, tapi aku sih enggak.”

Ceritanya saat itu beberapa rekannya di beberapa sekolah mendapatkan kunci jawaban untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Seorang rekannya yang agak lemah dalam pelajaran itu mencoba menggunakan kunci jawaban tersebut. Belakangan diketahui bahwa kunci jawaban itu tidak 100% benar, tapi hanya sekitar 80%. “Dulu sempat khawatir, tapi kenyataannya nilai teman saya itu malah di bawah saya. Ternyata paling-paling kunci itu cuma memberikan nilai 80 atau standar kelulusan saja.”

Menyontek bahkan menjadi tren bagi anak muda, terbukti ada majalah remaja yang terang-terangan memberikan tips berupa cara-cara menyontek terbaru dan aman. Dalam tips yang diterbitkan akhir tahun lalu dalam dua halaman penuh tersebut, dipaparkan dengan jelas beberapa alat dan pemakaiannya, seperti uang kertas, kamera ponsel, jari tangan sampai cara bekerja sama via sms, blootooth, BBM atau MMS.

Itu pula yang terungkap dari pengalaman Ryan Andika Putra di sekolahnya. Siswa SMA N 7 Solo ini mengatakan, banyak cara menyontek yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Bisa dibilang, seluruh strategi yang paling mutakhir sudah pernah dilakukan di sekolah-sekolah.
“Zaman sekarang menyontek itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain buku catatan difotokopi perkecil, ntar ditaruh di bawah soal. Terus motret contekan pakai kamera BB,” terang Ryan.

Cara kerjasama pun juga canggih. Bagi yang sudah selesai mengerjakan ujian, dia akan mencatatnya di ponsel dan dijadikan display picture di BBM sehingga yang lain bisa ikut meniru. Para siswa ini sebenarnya sadar bahwa risiko aksi mereka juga lumayan tinggi. Selain bisa dimarahi guru, mereka juga bisa terkena hukuman berat. Apalagi sebagian guru juga sudah mulai mengendus cara-cara baru para siswa dalam menyontek.
“Kalau guru-guru killer sudah tahu semua. Tapi kalau guru-guru yang cuek dan enggak terlalu peduli saya kira belum pada tahu.”

Namun menurut Ryan, praktik menyontek sebenarnya tidak semata-mata karena para pelajar malas belajar. Bagi sebagian siswa, menyontek sudah menjadi semacam kewajiban untuk menunjukkan solidaritas yang tinggi di kalangan siswa. Itulah yang membuat mereka memandang bahwa menyontek adalah bagian dari bentuk pertemanan.

Memang tidak semua siswa melakukannya. Di antara para siswa itu ada pula yang berusaha jujur dan menghindari aksi percontekan. Kebanyakan mereka adalah para siswa yang memiliki nilai tinggi atau yang sering mendapat peringkat teratas di masing-masing kelas.

“Yang jujur sih ada, tapi mereka yang pinter-pinter. Tapi mereka itu pelit banget, ditanyain enggak mau jawab dan enggak bisa diajak kerjasama,” katanya. Mereka pun punya kebiasaan yang berbeda dengan remaja kebanyakan. “Di kelas cuma diam dan baca buku. Memang bagus sih, tapi masa-masa indah di SMA jadi hilang dan enggak ada yang berkesan.”

Nah sekarang ternyata gak ada nyontek ya gak rame ya ????

Diposting oleh SUPER HERBALIS Selasa, 22 Mei 2012

0 komentar

Posting Komentar

Subscribe here