Merokok bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah menjadi kecanduan. Padahal penggunaan rokok/tembakau menimbulkan dampak buruk dari segi sosial, ekonomi, dan kesehatan. Karena itu, dampak negatifnya kini telah menjadi isu kesehatan masyarakat global (dunia) sehingga perlu diperhatikan upaya pengendaliannya. Semakin banyak orang yang merokok baik dikalangan anak-anak, para remaja termasuk kaum perempuan dan remaja putri, akan mengancam produktivitas masyarakat.

Menurut Meneg PP, saat ini lebih dari 43 juta anak Indonesia hidup serumah dengan perokok dan terpapar dengan asap rokok (perokok pasif). Selain itu, usia perokok pada usia dini yaitu umur 7-9 tahun, tetapi dalam adat-adat tertentu, anak usia 5 tahun sudah merokok. Apalagi saat ini anak-anak dan kaum muda dihadapkan dengan ajakan merokok dari iklan, sponsor dan promosi yang sangat gencar melalui berbagai media sehingga mengajak anak pada kebiasaan merokok. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena dalam jangka panjang, tanpa disadari, melalui merokok menumpuk bahan racun dalam tubuh yang mempengaruhi kesehatan serta pengembangan sumber daya manusia secara umum.

Menurut Global Youth Tobbaco Survey, terungkap 12,6% pelajar setingkat SMP adalah perokok, dan yang sebanyak 30,9% pelajar perokok tersebut mulai merokok sebelum umur 10 tahun dan 3,2% dari mereka sudah tergolong kecanduan. Hasil lain dari penelitian tersebut, sebanyak 64,2% pelajar SMP menyatakan mereka terpapar asap rokok orang lain (perokok pasif) di rumah mereka sendiri. Selain itu, diketahui bahwa sebanyak 81% pelajar SMP terpapar asap rokok orang lain justru di tempat-tempat umum.

utia Hatta menambahkan, atas dasar keprihatinan tersebut telah disusun Buku Panduan Sekolah Tanpa Rokok yang merupakan salah satu upaya agar masyarakat, terutama anak, dapat memahami, menghayati dan menerapkan isi dan makna dari pengendalian merokok dan pencegahan merokok. Buku tersebut merupakan kerjasama antara Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, Komnas Pengendalian Tembakau, Departemen Pendidikan Nasional dan Kantor Perwakilan WHO di Indonesia. Di akhir sambutannya, Mutia Hatta mengharapkan dengan diluncurkannya buku panduan tersebut, akan semakin banyak anak yang sadar tentang bahaya merokok dan mampu menghindari perilaku merokok.

Para guru dan orang tua hendaknya memberi keteladanan untuk tidak merokok. Ketua Komnas Pengendalian Tembakau Prof. F. A. Moeloek menjelaskan, secara global lebih dari 15 milyar rokok dihisap setiap harinya di seluruh dunia. Jumlah perokok pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 1,6 milyar. Padahal saat ini saja jumlah perokok telah mencapai 1,3 milyar. Sekitar 22% perempuan di negara-negara industri adalah perokok, dimana angka tersebut diperkirakan mencapai 9% di negara-negara berkembang. Indonesia menempati urutan ke lima di antara negara-negara dengan tingkat konsumtif tembakau tertinggi di dunia. Penggunaan tembakau di Indonesia tumbuh dengan sangat cepat. Keinginan merokok diindikasikan meningkat di usia muda, terutama pada populasi 5-19 tahun. Prevalensi merokok tinggi diantara usia 15-29 tahun.

Prevalensi merokok pada masyarakat miskin lebih tinggi dibanding masyarakat kaya. Belanja rokok masyarakat miskin sekitar 11% setiap bulannya, sementara orang kaya hanya 9% setiap bulannya. Ditambahkan, pada tahun 2005 ada sebanyak 70.000 artikel ilmiah di dunia yang menyampaikan bahwa rokok berbahaya untuk kesehatan yang merupakan pintu gerbang menuju perilaku sosial yang tidak baik seperti minuman keras, ganja dan narkotik, kekerasan sosial, penurunan ketahanan tubuh yang drastis dengan akibat meningkatnya penyakit-penyakit yang mematikan seperti kanker, TBC, HIV/AIDS, pendarahan atau stroke yang mematikan. Budaya merokok banyak berakhir dengan kehancuran keluarga karena terjerat ke masalah ekonomi, dan perilaku menyimpang.

Nah...Malaikat Maut sedang menunggu Anda....Cobalah merokok sekarang !

Yah paling tidak Maut sudah bisa mengukur kalkulasi umur anda he he.
Selamat Berokok !!!

Diposting oleh SUPER HERBALIS Jumat, 16 Oktober 2009

0 komentar

Posting Komentar

Subscribe here